Monday, August 23, 2010

Bangga Sebagai Warga Negara Indonesia

Bangsa Indonesia seperti kita ketahui mempunyai beribu-ribu pulau, kebudayaan serta adat istiadat, dan bahasa. Tulisan iseng ini berawal dari acara tv swasta menjelang berbuka puasa Bulan Ramadhon pada hari ke-10 1431 H, dalam acara itu saya tertarik dengan pandangan bintang tamu si Oppy Andaresta yang membawa anak hasil kawin silang dengan suaminya yang bule. Si biduanita yang mempunyai keturunan minang itu memberi anaknya sebagian nama khas Jawa kampung. Cukup menggelikan ketika ditanyai namanya, ternyata dia akrab dipanggil "Bejo" -Kai Matari Bejo nama lengkapnya- dan lebih familiar menggunakan bahasa indonesia atau betawi daripada bahasa inggris yang merupakan empunya bapaknya. Ah betapa hebat wanita ini mau mengajarkan kebanggaan sebagai orang indonesia yang dibuktikannya dalam kehidupan kesehariannya.
Banyak pengalaman keseharian saya malah berkebalikan dengan kondisi wanita ini, di lingkaran kecil kehidupan saya banyak fenomena yang lazim masyarakat indonesia yang ingin bergaya kebarat-baratan dalam hal semua aspek kehidupan mereka. Wanita yang "maaf" berpakaian setengah jadi yang mereka sebut fashion terbaru, mereka berlomba-lomba memakai sekaligus membanggakan barang bermerk luar negeri yang mereka pakai, sering kali dalam keseharian mereka cas-cis-cus memakai bahasa luar yang dalam pandangan awam hanya sekedar tuntutan pergaulan dibandingkan faktor kebutuhan penggunaan kata-kata penjelasan ilmiah. Teringat artikel di milis migas mengenai saudara kita yang menimba ilmu di negeri sakura matahari terbit Jepang, fakta yang terungkap adalah banyak penduduk negeri yang terkenal maju tersebut tidak bisa berbicara bahasa ibu dunia "bahasa inggris", dalam dunia pendidikan buku-buku dan jurnal dari luar dialih bahasakan ke dalam bahasa jepang, langkah yang tepat untuk memajukan teknologi tanpa harus kehilangan identitas kebudayaan lokal.
Ketergantungan bangsa kita pada produk luar juga seperti sudah menjadi candu bagi sebagian besar orang di negeri ini -termasuk penulis mungkin :)- sehingga menjadikan kurang berkembangnya kreatifitas anak dalam negeri dan mengundang interfensi negara asing akibat ketergantungan kita pada produk asing.
Tapi kondisi diatas adalah fakta dari kebudayaan dan bagian penduduk kita yang sangat menghormati dan menerima budaya orang maupun negara lain, sampai kadang-kadang aset, budaya atau sumber daya diubek-obek dengan mudahnya oleh negara lain.
Masih ingat perebutan pulau sipadan-legitan yang fenomenal itu? Sudah hilangkah ingatan kita pada blok ambalat? Atau pasir-pasir kita yang diangkut oleh negara yg secara sumber daya bumi dan alam boleh dikatakan negara miskin? Tenaga kerja yang disiksa atau dilecehkan oleh majikan mereka di tempat bekerja? Mungkin juga banyak keputusan elit politik yang disetir karena kepentingan negara asing? Wallahu a’lamu bishshowaab…
Salam kagum bagi Rumingkang si penari jaipong dari Bandung dalam Indonesia Mencari Bakat yang sangat giat mempelajari dan melestarikan budaya kita. BTW Selamat Hari Kemerdekaan ke-65.

No comments: